Galungan dan Kuningan adalah dua hari raya penting dalam kalender Saka Bali yang dirayakan oleh umat Hindu. Kedua hari ini memiliki makna mendalam tentang kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) serta waktu untuk meningkatkan spiritualitas dan mempererat tali persaudaraan. Perayaan ini dirayakan dengan meriah dan khidmat di seluruh penjuru Pulau Dewata.
Galungan: Kemenangan Dharma dan Penghormatan Leluhur
Hari Raya Galungan jatuh pada hari Selasa Kliwon wuku Dungulan dalam perhitungan kalender Saka Bali, dirayakan setiap 210 hari sekali. Galungan memperingati kemenangan Dewa Indra dan para dewa lainnya atas serangan raksasa Mayadenawa yang melambangkan adharma. Lebih dari itu, Galungan juga merupakan waktu untuk:
- Menghormati Leluhur: Umat Hindu percaya bahwa pada hari Galungan, roh-roh leluhur datang berkunjung ke bumi. Oleh karena itu, berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut dan menghormati kedatangan mereka.
- Memperkuat Iman dan Dharma: Galungan menjadi momentum untuk meningkatkan keimanan dan mengamalkan ajaran-ajaran dharma dalam kehidupan sehari-hari.
- Menyucikan Diri dan Lingkungan: Melalui berbagai upacara dan persembahyangan, umat Hindu berupaya menyucikan diri dan lingkungan sekitar dari energi negatif.
Rangkaian Upacara Menjelang dan Saat Galungan:
- Tumpek Wariga (Pengatag): 25 hari sebelum Galungan, upacara ini ditujukan kepada tumbuh-tumbuhan sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi.
- Sugihan Jawa dan Sugihan Bali: Beberapa hari sebelum Galungan, upacara penyucian diri dan alam semesta dilakukan.
- Penyajaan Galungan: Tiga hari sebelum Galungan, umat Hindu mulai membuat jaja (kue tradisional) sebagai persembahan.
- Penampahan Galungan: Sehari sebelum Galungan, dilakukan penyembelihan hewan kurban seperti babi atau ayam yang dagingnya akan digunakan sebagai persembahan dan hidangan bersama.
- Hari Raya Galungan: Puncak perayaan di mana umat Hindu bersembahyang di pura keluarga (sanggah) dan pura-pura lainnya dengan membawa berbagai sesajen yang indah. Penjor, yaitu bambu yang dihias dengan janur dan hasil bumi, berdiri tegak di depan setiap rumah sebagai simbol kemakmuran dan persembahan kepada dewa dan leluhur.
Kuningan: Meningkatkan Spiritualitas dan Berpamitan dengan Leluhur
Hari Raya Kuningan jatuh 10 hari setelah Galungan, yaitu pada hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Kuningan merupakan kelanjutan dari perayaan Galungan dan memiliki makna:
- Meningkatkan Spiritualitas: Kuningan menjadi waktu untuk lebih fokus pada peningkatan spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).
- Berpamitan dengan Leluhur: Dipercaya bahwa pada hari Kuningan, roh-roh leluhur kembali ke alamnya. Oleh karena itu, umat Hindu kembali melakukan persembahyangan untuk mengantarkan mereka dengan khidmat.
- Memohon Keselamatan dan Kesejahteraan: Pada hari Kuningan, umat Hindu memohon keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan dalam kehidupan.
Ciri Khas Perayaan Kuningan:
- Sesajen Kuning: Warna kuning mendominasi sesajen pada hari Kuningan, melambangkan kemuliaan dan keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
- Endongan: Sesajen khusus berupa anyaman janur berbentuk tas kecil (endongan) sering dipersembahkan, melambangkan bekal atau perbekalan yang dibawa oleh para dewa dan leluhur.
- Persembahyangan Siang Hari: Umumnya, persembahyangan pada hari Kuningan dilakukan pada siang hari.
Makna dan Esensi Galungan dan Kuningan
Secara keseluruhan, perayaan Galungan dan Kuningan mengajarkan tentang pentingnya:
- Kemenangan Kebaikan atas Kejahatan: Mengingatkan manusia untuk selalu berpegang pada dharma dan menjauhi adharma.
- Penghormatan kepada Leluhur: Menjaga hubungan baik dengan para leluhur sebagai wujud bakti dan rasa terima kasih atas warisan kehidupan.
- Peningkatan Spiritualitas: Mengembangkan diri secara rohani dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
- Solidaritas dan Kebersamaan: Mempererat tali persaudaraan antar sesama umat manusia.
Perayaan Galungan dan Kuningan bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas dan spiritualitas masyarakat Bali. Kemeriahan dan kekhidmatan perayaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menyaksikan keunikan budaya Pulau Dewata.